Review Novel 1Q84
Add caption

Judul: 1Q84
Penulis: Haruki Murakami
Jumlah Halaman: 512
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit: 2013



Adakah teman-teman yang memang sudah jadi penggemarnya Haruki Murakami sebelum membaca karyanya  1Q84?

Saya memang termasuk pembaca yang kudet. 1Q84 adalah karya perdana Haruki Murakami yang saya baca. Padahal karya fenomenal Haruki Murakami ada banyak kan, ya?

Cerita 1Q84 memang seunik judulnya. Kepala saya dipenuhi gagasan tentang berbagai kemungkinan tentang lanjutan kisah ini ketika baru merampungkan jilid pertamanya. Yah, buku ini terdiri dari tiga jilild.

Jadi, saya sarankan mending langsung beli sekalian lengkap, daripada seperti saya yang harus menahan keperihan digantung oleh berbagai asumsi dan persepsi yang kemungkinan besar bisa salah (lebay banget).

Sinopsis

Buku ini mnceritakan tentang dua tokoh yang terpisah, yakni Tengo dan Aomame. Kedua tokoh ini diceritakan secara terpisah, berselang-seling, Aomame-Tengo-Aomame-Tengo sampai buku ini berakhir. 

Tengo adalah guru private matematika di sebuah bimbingan belajar, berbadan besar seperti beruang, dan menjalani kehidupan sebagai ghost writer di sebuah majalah. Sedangan Aomome adalah instruktur seni bela diri yang juga menjalani kehidupan sebagai pembunuh bayaran.

Tengo dihadapkan pada konflik persekutuan konspirasi curang antara ia, editor majalah sastra dengan seorang penulis muda misterius, untuk memenangkan sebuah penghargaan sastra. Sedangkan Aomame sendiri dihadapkan dengan konflik batin dalam dirinya sendiri dalam menghadapi perubahan dunia yang ia tinggali. Setelah melewati jalan darurat bawah tanah, ia merasa tersesat. Ia menghadapi banyak realita kehidupan yang tak sesuai dengan apa yang sudah ia ketahui. Rembulan yang mendadak ada dua, dan juga tentang kepolisian Jepang yang mendadak berganti seragam tanpa sepengetahuannya.

Mereka berdua sama-sama dilatari oleh kisah masa kecil yang tak bahagia. Tengo yang masa kecilnya sering dipaksa ikut melakukan pekerjaan bersama ayahnya di hari Minggu. Sedangkan Aomame dipaksa ikut masuk ke dalam sekte keagamaan yang ia benci oleh kedua orang tuanya. 

Ada kalimat yang pernah dikatakan Aomame tentang masa kecilnya yang juga menjadi tag line di sampul buku ini:

Kekerasan tidak selalu bersifat fisik
Luka tidak selalu mengeluarkan darah

*ini mirip banget ya sama tagline-nya anak jaman sekarang: sakit tapi tak berdarah

Dalam perjalananya, pelan-pelan kita akan menemukan benang merah di antara kedua tokohnya. Tengo adalah cinta pertama Aomame di sekolah dasar. Meski kelihatannya kedua tokoh ini menghadapai konflik yang sama sekali berbeda, nyatanya mereka dituntun pada sebuah konflik utama yang sama yakni Sakigake, sebuah sekte keagamaan yang misterius.

Sekte ini tidak digambarkan dengan gamblang dan masih disimpan sebagai rahasia sampai buku pertama ini selesai. Kemungkinan besar di buku selanjutnya akan membahas hal ini  dengan lebih jelas.

Kesan Membaca 1Q84

Novel terjemahan ini termasuk sangat bagus. Terjemahannya bahkan terasa sangat Indonesia. Good job buat penerjemahnya lah. 

Setiap tokoh diceritakan dengan sangat detail. Mulai dari cara hidup mereka, latar belakang, masa kecil, kehidupan seks, bahkan sampai soal pilihan makan sehari-hari. Hebatnya ialah Haruki Murakami bisa meramu pendeskripsian yang detail tanpa membuat pembaca merasa bosan. 

Awalnya saya sama sekali tak menduga bahwa novel ini akan merujuk ke dalam kasus misteri. Parahnya saya bahkan tak tahu kalau cerita ini berjilid sampai tiga.

Saya langsung syok begitu menghabiskan lima ratus halaman tanpa tahu apa konklusi dan solusi dari konflik yang diusung. Hiks. Berasa seperti haus dan ingin minum, tetapi yang bisa dilakukan hanya membuka tutup botolnya saja. Kalau ingin meneguk isinya harus bayar lagi. Wkwkwk. 

Latar Belakang Budaya Jepang


Mungkin karena saya penggemar jejepangan, saya tidak terlalu terkejut dengan kelugasan Haruki Murakami dalam mendeskripsikan gaya hidup Tengo dan Aomame. Pilihan hidup mereka untuk melajang dan melakukan seks bebas memang sudah jadi budaya yang lumrah di sana.

Selain itu, ada beberapa adegan dalam buku ini yang sama sekali tak patut dibaca anak baru gede (ABG). Misalnya saja ada adegan Aomame melakukan threesome dengan teman yang baru saja ia temui, sesama perempuan. Di belakang buku in memang tertulis bahwa ada batasan umurnya yakni lima belas tahun. Namun, saya tak setuju. Menurut saya setidaknya harus berumur dua puluh tahun untuk membaca buku ini dan memahami maksud cerita tanpa perlu terpengaruh oleh pilihan hidup para tokoh utamanya.

Namun di balik semua itu, khas orang Jepang yang selalu mendahulukan etos kerja juga ditampilkan dengan jelas. Baik Aomame dan Tengo, mereka sama-sama ditampilkan sebegai individu yang mandiri. Mereka mengerti tentang apa yang mereka mau dan cara mendapatkannya. Saya suka.

****

Sekian review saya kali ini. Buku ini sungguh luar biasa karena kontennya benar-benar padat dengan detail deskripsi dan narasi. Pembaca akan sangat mengenali para tokoh utamanya sebelum dilanjutkan dengan uraian konflik di buku selanjutnya. 1Q84 juga banyak memuat karya sastra lama seperti 1984 George Orwell dan penulis besar dari Rusia Anton Chekov. Btw, karya dua penulis ini tersedia di app Ipusnas. Selamat menikmati buku bagus dengan rasa gratis.